Konstruksi bangunan tembokan nir-rekayasa di Indonesia terdiri dari struktur bangunan (bata atau batu atau batako) yang diperkuat atau pun tidak diperkuat. Konstruksi bangunan tembokan nir-rekayasa tidak terlalu sulit untuk dibangun, sehingga sebagian besar bangunan rakyat adalah bangunan tembokan dan tersebar di seluruh Indonesia. Bangunan ini pada umumnya mudah rusak kalau digoncang gempa, kecuali diberi perkuatan dan dibangun dengan tata cara yang benar.
Karena kebutuhan akan bangunan baru yang sangat besar dan terbatasnya sumber daya yang ada, termasuk dana, pengetahuan, ketrampilan, dan bahan bangunan, mengakibatkan kualitas kerja dan kualitas konstruksi menjadi rendah, dan standard bangunan cenderung menurun dari tahun ke tahun. Kerusakan akibat gempa bumi di seluruh dunia membuktikan bahwa jenis konstruksi seperti tersebut di atas sangat berbahaya untuk keselamatan manusia, walaupun gempa buminya relatif kecil. Sangat jelas bahwa akan sulit untuk menghilangkan / mengganti konstruksi bangunan jenis ini di daerah gempa di negara-negara sedang berkembang, khususnya untuk batu bata karena harga batu bata relatif murah, mudah diproduksinya dan mudah untuk transportasinya, serta bangunan tembokan relatif mudah membangunnya. Fakta tersebut menjadikan bangunan tembokan pilihan utama bagi rakyat untuk membangun rumah dan oleh karenanya jelas terjadi kecenderungan untuk membangun lebih banyak bangunan tembokan.
Untuk menyelamatkan nyawa / jiwa kalau terjadi gempa besar, Indonesia, dengan jutaan konstruksi bangunan sederhana yang rentan terhadap gempa bumi yang terjadi berulangkali hampir setiap tahun, harus mulai menerapkan teknik atau cara membangun bangunan sederhana yang lebih baik untuk mengurangi dampak bencana gempa bumi.
Ditinjau dari sudut ekonomi, adalah tidak wajar untuk membangun kembali semua struktur yang tidak tahan gempa, walaupun tindakan tersebut sangat ideal. Pilihan untuk membangun baru atau memperkuat harus diputuskan dengan hati-hati. Solusi yang ideal adalah menemukan sarana dan cara untuk meningkatkan pembangunan saat ini dan bahan-bahan terkait, dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat, dengan tenaga kerja setempat di bawah pengawasan yang minimal, serta yang paling sesuai dengan budaya setempat. Tujuan utama adalah menyelamatkan jiwa; oleh karena itu, struktur boleh mengalami kerusakan ketika digoncang gempa, tetapi tidak roboh sehingga membunuh manusia.
Buku ini didasarkan pada pengamatan penulis dari survei dan dokumentasi kerusakan gempa konstruksi nir-rekayasa masa lalu di Indonesia dalam rentang waktu 50 tahun. Isi buku ini jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik yang sifatnya membangun selalu diterima dengan senang hati.