Thursday, December 5, 2019

Membangun Rumah Tahan Gempa dengan Balutan Ferosemen di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah


Melanjutkan artikel di bulan Agustus 2019 yang lalu, penulis kembali mengunjungi Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah untuk memberikan pelatihan membangun rumah tahan gempa dengan balutan ferosemen. Desa Rogo dipilih sebagai tempat untuk melakukan pelatihan kepada tukang dan masyarakat setempat. 

Kegiatan pelatihan ini diprakarsai oleh Adventist Development and Relief Agency (ADRA) Indonesia bekerjasama dengan Kerk in Actie, HELP Internasional dan Czech Republic Humanitarian Aid, badan kemanusiaan Republik Ceko. Pelatihan dilaksanakan dalam 3 hari (2-4 Desember 2019).



Penulis (kanan) memberikan penjelasan tentang cara membangun rumah tahan gempa kepada tukang bangunan di Desa Rogo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah
Tukang melakukan kegiatan on-the-job-training di lapangan
Pemasangan kawat anyam - kawat anyam berjarak 1 cm dari dinding (jadi kawat anyam tidak menempel ke dinding); paku payung digunakan sebagai dudukan kawat anyam

Penulis bersama para tukang bangunan yang dilatih untuk membangun rumah tahan gempa dengan balutan ferosemen
Baliho terpasang di lapangan agar masyarakat dapat mudah mempelajari teknik membangun rumah tahan gempa dengan balutan ferosemen
Ibu-ibu di Desa Rogo dilibatkan dalam pelatihan; ibu-ibu membantu memasangkan kawat ikat ke paku payung - teknik yang sederhana ini dapat dengan mudah dikerjakan, bahkan kaum ibu



Beberapa media ikut serta melihat pelaksanaan pelatihan dan menuangkannya dalam tulisan yang dapat dilihat di tautan berikut: VOA Indonesia dan Kompas.



Mudah-mudahan cara membangun rumah tahan gempa dengan lapisan ferosemen yang sederhana dan cepat ini dapat disebarluaskan ke seluruh pelosok Indonesia dan menjadi cara untuk membangun maupun memperkuat rumah tahan gempa. Dengan demikian, saat terjadi gempa kuat, tidak ada lagi korban dan kerugian harta benda akibat rumah yang rusak / roboh.

Tuesday, November 26, 2019

Membangun / Memperkuat Bangunan Tembokan (Rumah dan Sekolah) dengan Balutan Ferosemen


Membangun atau memperkuat rumah rakyat tahan gempa harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:

  • Rumah harus dibangun / diperkuat oleh rakyat dan untuk rakyat.
  • Feasible” dalam konteks sosial, budaya, ekonomi, politik, dan batasan teknis tipikal setempat.
  • Menggunakan bahan yang tersedia setempat dan pekerja setempat dengan alat apa adanya.
  • Biaya harus rendah.
  • Waktu pelaksanaanya harus singkat sehingga rumah dapat segera ditempati; dan
  • Metode pembangunan / perkuatan dapat dikerjakan oleh pemilik rumah dengan anggaran dan bantuan teknis minimum.

Berdasarkan pengamatan selama 50 tahun, ternyata rumah tembokan setengah bata dengan perkuatan kolom praktis dan balok praktis sudah menjadi budaya di seluruh Indonesia. Dengan membaiknya keadaan ekonomi, terdapat kecenderungan untuk membangun rumah-rumah dengan dinding bata, karena “rumah tembok“ biasanya dikaitkan dengan “kedudukan sosial”.
Karena kebutuhan akan perumahan yang sangat meningkat, padahal sarana yang tersedia (keuangan, keahlian, bahan bangunan) sangat kurang, maka mutu rumah-rumah yang dibangun menjadi sangat rendah, jauh di bawah standard mutu rumah-rumah tradisionil. Karena mutu yang sudah menurun, rumah tembokan dengan perkuatan kolom praktis dan balok praktis banyak mengalami kerusakan, bahkan roboh akibat gempa bumi selama ini dan menyebabkan kerugian harta benda dan korban jiwa. Sebaliknya adalah sulit membendung kecenderungan membangun rumah-rumah tembokan semacam ini.

Secara umum, kerusakan dan robohnya rumah tembokan / sekolah dengan perkuatan kolom praktis dan balok praktis selama digoncang gempa bumi sebagian besar disebabkan oleh mutu bahan yang rendah dan mutu pengerjaan yang rendah, mengakibatkan antara lain detail sambungan yang keliru, mutu adukan yang rendah, mutu beton yang rendah, dan pasangan bata yang tidak sesuai dengan kaidah. Di samping itu, pemasangan pondasi batu kali keliru dan tidak memenuhi syarat.

Untuk mengatasi 2 kelemahan tersebut di atas (pengerjaan pasangan bata yang tidak memenuhi syarat dan pengerjaan detail sambungan tulangan balok-kolom yang tidak tahan gempa), diperlukan waktu yang lama dan biaya yang besar yaitu dengan melatih semua tukang di seluruh Indonesia tentang cara memasang bata yang benar dan cara membuat detailing sambungan tulangan kolom-balok yang benar; padahal di Indonesia, gempa bumi yang merusak terus menerus terjadi hampir setiap 2 tahun sekali sehingga sangat diperlukan  adanya terobosan untuk mengatasi kedua kelemahan tersebut. 

Oleh karena itu, cara untuk membangun / memperkuat bangunan tembokan untuk rumah dan sekolah yang aman terhadap gempa dengan biaya yang murah perlu diterapkan dan disebarluaskan, yaitu dengan menggunakan balutan ferosemen berupa plesteran mortar dengan lapisan kawat anyam di tengah plesteran. Hasil penelitian berupa studi numerik dan uji skala penuh yang telah difasilitasi oleh National Research Institute for Earth Science and Disaster Resilience (NIED) di Tsukuba, Jepang. Bangunan baru tembokan, maupun perkuatan bangunan tembokan yang rusak akibat gempa dan yang belum rusak, dengan balutan ferosemen ini sudah banyak digunakan di beberapa daerah di Indonesia dan juga sudah terbukti tahan gempa, yaitu sudah digoncang oleh banyak gempa besar dan tidak mengalami retak. 




Thursday, August 15, 2019

Rekonstruksi Rumah Tahan Gempa di Palu pasca Gempa 28 September 2018


Gempa bumi tidak membunuh manusia, yang membunuh manusia adalah bangunan / rumah yang roboh. Gempa bumi juga merusak infrastruktur yang menyusahkan aktifitas manusia dan menyebabkan kerugian ekonomi yang besar. Tak terkecuali gempa yang melanda Palu - Sigi - Donggala pada tanggal 28 September 2018 yang lalu berkekuatan M7.5 dengan kedalaman epicenter 10km (Sumber: USGS)

Pasca gempa Palu, rekonstruksi atau pembangunan kembali rumah rakyat yang rusak sudah mulai dilakukan. Rumah yang dibangun harus memenuhi syarat tahan gempa; "feasible” dalam konteks sosial, budaya, ekonomi, politik dan batasan teknis tipikal setempat; menggunakan bahan yang tersedia setempat dan pekerja setempat dengan alat apa adanya; pembangunannya mudah dengan waktu yang relatif singkat; dan metodologi pembangunan rumah dapat dimengerti dan dilakukan sendiri oleh pemilik rumah dengan bantuan keuangan dan teknis minimal. Cara membangun rumah tembokan yang diperkuat dengan balutan ferosemen memenuhi semua hal yang diuraikan di atas.

Oleh karena itu, untuk rekonstruksi pasca gempa Palu 28 September 2018, penulis bekerja sama dengan beberapa LSM melakukan pembangunan rumah tembokan yang diperkuat dengan balutan ferosemen. Proses pembangunan mengikuti cara-cara yang ada di dalam manual, poster dan video di postingan sebelumnya. 

Denah dan Tampak
Potongan pondasi T-terbalik & Detail Dinding
Rencana Atap
Sambungan rangka plafond (Skematik)

Arahan kepada peserta
 on the job training
cara membangun rumah
dengan balutan ferosemen
Penjelasan  kepada
pejabat setempat tentang
rumah balutan ferosemen

Perakitan tulangan pondasi
Pemasangan tulangan pondasi

Pemasangan kawat ikat
ke paku payung

Pasangan dinding - paku payung
dipasang selagi siar masih basah

Kawat "jahitan" kawat anyam
bagian luar & dalam dipasang
selagi siar masih basah 

Pengukuran & pemotongan
kawat anyam

Pemasangan kawat anyam
ke dinding tembokan

Pemasangan kawat anyam
ke dinding tembokan


Pemasangan mold untuk
batas plesteran
Pemlesteran dinding dengan
campuran 1pc : 4ps

Dinding ferosemen yang
sudah diplester
Pemasangan rangka atap

Rumah tahan gempa dengan balutan ferosemen

Friday, April 5, 2019

Retrofit Bangunan yang Rusak akibat Gempa


Akhir-akhir ini banyak gempa bumi yang merusak terjadi di berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia. Gempa tersebut menyebabkan banyak korban jiwa maupun kerugian harta. Besarnya kerusakan dan kerugian akibat gempa cenderung bertambah di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa penduuduk dunia semakin bertambah dan daerah pemukiman semakin banyak dibangun di daerah rawan gempa. Banyak bangunan yang dibangun tidak mengikuti prinsip-prinsip dasar bangunan tahan gempa; bahkan di banyak tempat di dunia, mutu bahan dan mutu pengerjaan sedemikian rendahnya sehingga kemungkinan bangunan rusak atau ambruk sangat besar, walaupun gempa yang terjadi tidak tergolong gempa besar. Suatu hal yang kurang menguntungkan adalah kenyataan bahwa yang terbanyak mengalami kerugian adalah negara-negara yang belum atau sedang berkembang. Jadi mayoritas bangunan-bangunan yang mengalami kerusakan termasuk dalam konstruktis nir-rekayasa ("non-engineered").

Segera setelah terjadi suatu gempa, biasanya terjadi keraguan untuk menentukan bangunan mana yang harus dibongkar, bangunan mana yang masih dapat diperbaiki, dan bangunan mana yang harus diperkuat serta bagaimana melakukannya. 
Manual-manual yang sudah ditulis dan dapat didownload dari link di bawah ini, mencoba menjawab hal tersebut di atas dan memberikan gambaran tentang apa yang dapat dilakukan secara mudah, praktis, sederhana dan relatif murah. Cara-cara yang dianjurkan dan detail-detail yang digambarkan khusus untuk bangunan tembokan tanpa perkuatan, bangunan tembokan dengan perkuatan dan bangunan beton bertulang sederhana. Detail-detail tersebut merupakan prinsip dasar dan syarat minimum untuk dapat memberikan ketahanan terhadap gempa.
Walaupun derajat kegempaan tidak sama di semua daerah, tetapi prinsip-prinsip tetap dapat dipakai dengan sedikit penyesuaian. 

Cara Memperbaiki Bangunan Sederhana yang Rusak Akibat Gempa Bumi
Retrofitting Simple Buildings Damaged by Earthquakes
Buku Panduan Perbaikan dan Perkuatan Bangunan Tembokan Sederhana (JICA)
Guidelines Repair & Strengthening of Simple Masonry Buildings (JICA)

Video:

Retrofitting rumah di Padang Pariaman

Retrofitting rumah di Nias


Tuesday, April 2, 2019

Buku "Belajar dari Kerusakan akibat Gempa Bumi: Bangunan Tembokan Nir-Rekayasa di Indonesia"

Konstruksi bangunan tembokan nir-rekayasa di Indonesia terdiri dari struktur bangunan (bata atau batu atau batako) yang diperkuat atau pun tidak diperkuat. Konstruksi bangunan tembokan nir-rekayasa tidak terlalu sulit untuk dibangun, sehingga sebagian besar bangunan rakyat adalah bangunan tembokan dan tersebar di seluruh Indonesia. Bangunan ini pada umumnya mudah rusak kalau digoncang gempa, kecuali diberi perkuatan dan dibangun dengan tata cara yang benar.

Karena kebutuhan akan bangunan baru yang sangat besar dan terbatasnya sumber daya yang ada, termasuk dana, pengetahuan, ketrampilan, dan bahan bangunan, mengakibatkan kualitas kerja dan kualitas konstruksi menjadi rendah, dan standard bangunan cenderung menurun dari tahun ke tahun. Kerusakan akibat gempa bumi di seluruh dunia membuktikan bahwa jenis konstruksi seperti tersebut di atas sangat berbahaya untuk keselamatan manusia, walaupun gempa buminya relatif kecil. Sangat jelas bahwa akan sulit untuk menghilangkan / mengganti konstruksi bangunan jenis ini di daerah gempa di negara-negara sedang berkembang, khususnya untuk batu bata karena harga batu bata relatif murah, mudah diproduksinya dan mudah untuk transportasinya, serta bangunan tembokan relatif mudah membangunnya. Fakta tersebut menjadikan bangunan tembokan pilihan utama bagi rakyat untuk membangun rumah dan oleh karenanya jelas terjadi kecenderungan untuk membangun lebih banyak bangunan tembokan.

Untuk menyelamatkan nyawa / jiwa kalau terjadi gempa besar, Indonesia, dengan jutaan konstruksi bangunan sederhana yang rentan terhadap gempa bumi yang terjadi berulangkali hampir setiap tahun, harus mulai menerapkan teknik atau cara membangun bangunan sederhana yang lebih baik untuk mengurangi dampak bencana gempa bumi.

Ditinjau dari sudut ekonomi, adalah tidak wajar untuk membangun kembali semua struktur yang tidak tahan gempa, walaupun tindakan tersebut sangat ideal. Pilihan untuk membangun baru atau memperkuat harus diputuskan dengan hati-hati. Solusi yang ideal adalah menemukan sarana dan cara untuk meningkatkan pembangunan saat ini dan bahan-bahan terkait, dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat, dengan tenaga kerja setempat di bawah pengawasan yang minimal, serta yang paling sesuai dengan budaya setempat. Tujuan utama adalah menyelamatkan jiwa; oleh karena itu, struktur boleh mengalami kerusakan ketika digoncang gempa, tetapi tidak roboh sehingga membunuh manusia.

Buku ini didasarkan pada pengamatan penulis dari survei dan dokumentasi kerusakan gempa konstruksi nir-rekayasa masa lalu di Indonesia dalam rentang waktu 50 tahun. Isi buku ini jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik yang sifatnya membangun selalu diterima dengan senang hati.

Bagi yang berminat untuk membaca lebih jauh, silahkan hubungi UGM Press.


Membangun Sekolah Dengan Ferosemen / Constructing Earthquake Resistant School Buildings Bandaged Using Ferrocement Skin

Bangunan sekolah satu dan / atau dua lantai di Indonesia dapat dianggap sebagai konstruksi nir-rekayasa, dan juga seperti konstruksi nir-rekayasa lainnya sering rusak dan roboh ketika digoncang gempa bumi. Bangunan sekolah lebih rentan karena jarak antar dinding dalam kedua arah lebih besar jika dibandingkan dengan bangunan tempat tinggal (rumah). 
Kegagalan bangunan sekolah dapat menghilangkan kehidupan kaum intelektual masa depan di suatu negara dan menyebabkan kesedihan yang mendalam untuk orang tua dari anak-anak yang menjadi korban. Tak perlu diragukan bahwa rusaknya dan/atau robohnya bangunan sekolah akan mengganggu kegiatan pendidikan. Selain fungsi pendidikan, bangunan sekolah di pedesaan dan pinggiran kota di negara-negara sedang berkembang digunakan sebagai bangunan serba guna masyarakat, terutama untuk menyediakan tempat pemondokan sementara pada waktu terjadi suatu bencana. Hal ini terjadi karena bangunan sekolah mungkin merupakan satu-satunya bangunan umum di desa atau sekelompok desa. Hal ini mengharuskan konstruksi bangunan pendidikan lebih aman dan bersifat permanen. Oleh karena itu, sekolah pun harus dibangun tahan gempa. 

Membangun Gedung Sekolah Tahan Gempa Dibalut dengan Lapisan Ferosemen
Constructing Earthquake Resistant School Buildings Bandaged Using Ferrocement Skin

Membangun Gedung Sekolah Tahan Gempa Dibalut dengan Lapisan Ferosemen

Constructing Earthquake Resistant School Buildings Bandaged Using Ferrocement Skin

Membangun Rumah Dengan Ferosemen / Constructing Earthquake Resistant Buildings Bandaged Using Ferrocement Skin

Seperti diketahui hampir setiap tahun terjadi gempa bumi yang merusak di Indonesia dan setiap kali banyak merusak / merobohkan rumah rakyat sederhana. Kerusakan dan robohnya bangunan nir-rekayasa menyebabkan korban yang cukup banyak. Rusak berat dan keruntuhan rumah tembokan kalau digoncang gempa terutama disebabkan oleh mutu bahan bangunan yang rendah dan mutu pengerjaan bangunan yang juga di bawah standar, antara lain campuran adukan yang tidak tepat, pemasangan tembokan bata yang tidak sesuai kaidah, detailing sambungan tulangan besi beton kolom / balok yang tidak sesuai untuk daerah gempa.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sejak 2014 penulis telah melakukan penelitian bangunan tembokan dengan balutan lapisan ferosemen di kedua sisi tembokan. Selanjutnya struktur komposit tersebut (lapisan ferosemen, tembokan, lapisan ferosemen) tersebut dianalisa sebagai sandwich. Hasilnya tembokan yang dibalut lapisan ferosemen tersebut memang kuat kalau digoncang gempa. Pemasangan kawat anyam untuk ferosemen jauh lebih mudah serta lebih murah dibandingkan dengan pemasangan tulangan kolom praktis, tulangan balok praktis, dan membuat detailing sambungan tulangan kolom / balok beton bertulang. Di samping hasil analisa membuktikan kekuatan bangunan tembokan dengan balutan ferosemen tersebut, penulis juga telah melakukan uji coba meja getar skala penuh di Jepang dan ternyata hasilnya sesuai dengan yang diperoleh dari analisa. Pondasi pasangan batu kali sebaiknya ditinggalkan dan diganti dengan pondasi beton bertulang T-terbalik.

Panduan ini adalah contoh rumah rakyat sederhana dan dengan harapan dapat dilaksanakan sendiri secara swakelola oleh pemilik kalau membangun di daerah gempa. Di samping itu cara yang sama dapat diterapkan untuk memperkuat rumah rakyat sederhana yang sudah berdiri agar kalau digoncang gempa, rumah tidak roboh sehingga tidak menimbulkan korban lagi. Cara ini sudah banyak digunakan di Sumatra Barat.

Membangun Rumah Tembokan Tahan Gempa Dibalut dengan Lapisan Ferosemen
Constructing Earthquake Resistant Masonry House - Bandaged using Ferrocement Layers
Membangun Rumah Tembokan Tahan Gempa Dibalut dengan Lapisan Ferosemen
Earthquake Resistant Masonry House Bandaged using Ferrocement Skin



Membangun Rumah Tembokan Tahan Gempa / Constructing Seismic Resistant Masonry Houses in Indonesia


Manual Bangunan Tahan Gempa (Rumah Tinggal)
Manual Detailer’s Manual for Small Buildings in Seismic Areas
Membangun Rumah Tembokan Tahan Gempa
Manual Constructing Seismic Resistant Masonry Houses in Indonesia 

Persyaratan Pokok Rumah yang Lebih Aman (manual & poster – JICA)


Poster Syarat Minimum Membangun Rumah Tahan Gempa

Poster Minimum Requirements for Earthquake Resistant Masonry Buildings

Video: Membangun Rumah Tahan Gempa







Rumah Aman Gempa (IDEP Foundation & AusAID)
Guideline for Earthquake Resistant Non-Engineered Construction