Membangun atau memperkuat rumah rakyat tahan gempa
harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
- Rumah harus dibangun / diperkuat oleh rakyat dan untuk rakyat.
- “Feasible” dalam konteks sosial, budaya, ekonomi, politik, dan batasan teknis tipikal setempat.
- Menggunakan bahan yang tersedia setempat dan pekerja setempat dengan alat apa adanya.
- Biaya harus rendah.
- Waktu pelaksanaanya harus singkat sehingga rumah dapat segera ditempati; dan
- Metode pembangunan / perkuatan dapat dikerjakan oleh pemilik rumah dengan anggaran dan bantuan teknis minimum.
Berdasarkan pengamatan selama 50 tahun,
ternyata rumah tembokan setengah bata dengan perkuatan kolom praktis dan balok
praktis sudah menjadi budaya di seluruh Indonesia. Dengan membaiknya keadaan
ekonomi, terdapat kecenderungan untuk membangun rumah-rumah dengan dinding
bata, karena “rumah tembok“ biasanya dikaitkan dengan “kedudukan sosial”.
Karena kebutuhan akan perumahan yang sangat
meningkat, padahal sarana yang tersedia (keuangan, keahlian, bahan bangunan)
sangat kurang, maka mutu rumah-rumah yang dibangun menjadi sangat rendah, jauh
di bawah standard mutu rumah-rumah tradisionil. Karena mutu yang sudah menurun,
rumah tembokan dengan perkuatan kolom praktis dan balok praktis banyak
mengalami kerusakan, bahkan roboh akibat gempa bumi selama ini dan menyebabkan
kerugian harta benda dan korban jiwa. Sebaliknya
adalah sulit membendung kecenderungan membangun rumah-rumah tembokan semacam ini.
Secara
umum, kerusakan dan robohnya rumah tembokan / sekolah dengan perkuatan kolom
praktis dan balok praktis selama digoncang gempa bumi sebagian besar disebabkan
oleh mutu bahan yang rendah dan mutu pengerjaan yang rendah, mengakibatkan antara lain detail sambungan yang keliru,
mutu adukan yang rendah, mutu beton yang rendah, dan pasangan bata yang tidak
sesuai dengan kaidah. Di samping itu, pemasangan pondasi batu kali keliru dan
tidak memenuhi syarat.
Untuk mengatasi 2 kelemahan tersebut di atas
(pengerjaan pasangan bata yang tidak memenuhi syarat dan pengerjaan detail
sambungan tulangan balok-kolom yang tidak tahan gempa), diperlukan waktu yang
lama dan biaya yang besar yaitu dengan melatih semua tukang di seluruh
Indonesia tentang cara memasang bata yang benar dan cara membuat detailing
sambungan tulangan kolom-balok yang benar; padahal di Indonesia, gempa bumi
yang merusak terus menerus terjadi hampir setiap 2 tahun sekali sehingga sangat
diperlukan adanya terobosan untuk
mengatasi kedua kelemahan tersebut.
Oleh karena itu, cara untuk membangun / memperkuat bangunan tembokan untuk rumah dan sekolah yang aman
terhadap gempa dengan biaya yang murah perlu diterapkan dan disebarluaskan, yaitu dengan menggunakan balutan
ferosemen berupa plesteran mortar dengan lapisan kawat anyam di tengah plesteran.
Hasil penelitian berupa studi numerik dan uji skala penuh yang telah difasilitasi
oleh National Research Institute for Earth Science and Disaster Resilience (NIED)
di Tsukuba, Jepang. Bangunan baru tembokan, maupun perkuatan bangunan tembokan
yang rusak akibat gempa dan yang belum rusak, dengan balutan ferosemen ini sudah
banyak digunakan di beberapa daerah di Indonesia dan juga sudah terbukti tahan
gempa, yaitu sudah digoncang oleh banyak gempa besar dan tidak mengalami retak.
Uraian lengkap tentang cara membangun / memperkuat bangunan tembokan tahan gempa untuk rumah dan sekolah dengan balutan ferosemen dapat dibaca dari link di bawah ini.